Senin, 20 April 2020

Aspek Produksi dan Teknologi

Tujuan studi kelayakan bisnis aspek teknik dan teknologi yaitu untuk meyakini secara teknis dan pilihan teknologi, mengenai rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik pada saat pembangunan bisnis berjalan atau operasional secara rutin.
Manajemen operasional merupakan suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi adanya perencanaan, organisasi staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan. Operasi yang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan untuk mengubah masukan menjadi keluaran, sehingga keluarannya bisa lebih bermanfaat dari masukannya.
Keluaran tersebut tentu berupa barang dan atau jasa. Dan tugas manajemen di perusahaan yaitu untuk mendukung manajemen dalam rangka pengambilan keputusan mengenai masalah produksi juga operasional. Tentu itu semua tidak terlepas dari berbagai aspek seperti teknik dan teknologi, berikut ini akan dibahas aspek teknik dan teknologi dalam studi kelayakan bisnis seperti di bawah ini:

A. Aspek Teknik Dalam Studi Kelayakan Bisnis

Contoh beberapa aspek teknik yang sering menjadi pertimbangan dalam sebuah perusahaan yaitu:

1. Rencana Produksi

Setelah beberapa alternatif pilihan ide produk sudah tersaring, maka selanjutnya akan dikaji mengenai produk  atau beberapa produk,  apa yang menjadi prioritas untuk diproduksi. Umumnya, untuk menetapkan produk tersebut akan dilakukan melalui tahapan – tahapan pekerjaan , tahapan itu meliputi diantaranya:
  • Menentukan Ide Produk dan Seleksi
  • Membuat Desain Produk Awal
  • Membuat Prototipe dan Pengujian
  • Implementasi

2. Strategi Bisnis

Agar barang atau jasa yang diproduksi akan memenuhi kebutuhan para konsumen, biasanya didahului dengan suatu kegiatan penelitian pasar dan pemasaran yang sering digunakan yaitu pemilihan strategi. Dari masukan penelitian pasar dan pemasaran tersebut, berikutnya akan ditetapkan  berbagai macam  produk yang menjadi alternatif untuk dibuat, selanjutnya akan dikaji  kaitannya dengan aspek – aspek yang lain, seperti aspek keuangan dan sebagainya.

3. Proses Produksi

Selanjutnya proses produksi yaitu mulai dari membuat produk, sampai pada kemasan yang siap dilakukan. Contoh pada proses produksi yang digunakan jika pabrik menangani berbagai macam proses yang berbeda. Misalnya dalam satu set rangkaian peralatan tertentu disusun untuk memproses satu batch produk tertentu, lalu dihentikan dan di set kembali untuk memproses jenis produk lain yang berbeda. Peralatannya tentu terdiri dari mesin – mesin yang berfungsi multipurpose agar lebih fleksibel, dan dapat memenuhi lebih dari satu variasi produk.

4. Volume Produksi

Kapasitas yang didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Kapasitas sebuah produksi dapat dilihat dari sisi masukan  atau input dan keluaran atauoutput . Rencana kapasitas produksi dalam rangka studi kelayakan menjadi aspek teknis dan teknologi dan tergantung pada beberapa pilihan sistem yang digunakan.

B. Aspek Teknologi Dalam Studi Kelayakan Bisnis

Contoh beberapa aspek teknologi yang sering menjadi pertimbangan dalam sebuah perusahaan yaitu:

1. Teknologi Perusahaan

Berkaitan dengan pemilihan teknologi, biasanya suatu produk tertentu dapat diproses dengan lebih dari satu cara, sehingga teknologi yang dipilih juga perlu ditentukan secara jelas. Patokan umum yang dapat dipakai seperti  dengan mengetahui seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan juga manfaat ekonomi yang kelak diharapkan.
Teknologi untuk memproduksi barang maupun jasa terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Kemajuan teknologi hendaknya dapat berdampak pada efisiensi yang tinggi dalam proses produksi sekaligus menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Namun, selain terdapat keuntungan ada juga kelemahan – kelemahan dalam hal perkembangan teknologi itu sendiri yang harus diketahui.

2. Pemilihan Mesin Dan Peralatan

Pemilihan teknologi pada proses produksi berarti memilih proses untuk menghasilkan produk atau pelayanan, termasuk jenis teknologi dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut. Setelah keputusan pemilihan dijatuhkan, tindakan selanjutnya adalah menentukan denah, jenis peralatan, fasilitas penunjang, dan desain engineering yang diperlukan dalam menunjang kegiatan produksi sesuai dengan studi kelayakan yang direncanakan.

3. Aspek Kualitas Dari Teknologi

Kualitas dari sebuah produk merupakan suatu kesatuan karakteristik  yang dapat menentukan apakah produk dapat memenuhi harapan para konsumen atau kah tidak. Kualitas dapat dipahami dengan menggunakan trilogi manajerial, yang meliputi seperti perencanaan, perbaikan, dan juga pengendalian mutu. Sehingga dengan menggunakan teknologi yang ada mutu dari sebuah produk tidak akan berkurang dan seharusnya semakin menjadi lebih baik.

ASPEK TEKNIS PROYEK
 Beberapa pertanyaan utama mengenai aspek teknis:
a. Lokasi proyek
b. Skala operasi/ luas produksi
c. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama
d. Proses produksi dan layout pabrik
e. Jenis teknologi
 LOKASI PROYEK
Variabel utama (primer) dala emilihan lokasi proyek:
a. Ketersediaan bahan mentah
b. Letak pasar yang dituju
c. Tenaga listrik dan air
d. Supply tenaga kerja
e. Fasilitas transportasica

     Variabel skunder:
a. Hukum dan peraturan yang berlaku
b. Iklim, keadaan tanah
c. Sikap masyarakat setempat (adat istiadat)
d. Rencana masa depan perusahaan
 LUAS PRODUKSI Adalah
Jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal.
Faktor dalam penentuan luas produksi
a. Batasan permintaan
b. kapasitas mesin
c. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja
d. Kemampuan finansial dan manajemen
e. Kemungkinan adanya perubahan teknologi.

     LAYOUT
Layout merupakan keseluruhan proses penentuaan “bentuk” dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan.
Dua tipe utama dari layout pabrik:
 Layout fungsional (layout process)
 Layput produk (layout garis)
Kriteria untuk evaluasi layout:
 Adanya konsistensi dengan teknologi produksi
 Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses
satu ke proses lain
 Penggunaan ruangan yang optimal
 Mudah melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi
 Meminimisasi biaya produksi dan jaminan untuk kesematan kerja

     PEMILIHAN JENIS TEKNOLOGI DAN EQUIPMENT
Patokan umum dalam pemilihan teknologi adalah: seberapa jauh derajat mekanisasi diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan.
Kriteria yang lain:
 Ketetapan jenis teknologi yag dipilih dengan bahan
mentah yg digunakan
 Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di
tempat lain
 Kemampuan tenaga kerja
 Kemungkinan adanya teknologi lanjutan

      ALAT ANALISA ASPEK TEKNIS
 PENENTUAN LOKASI PABRIK
Alat Analisa:
a. Metode Kualitatif Penilaian Alternatif Lokasi
b. Metode Transportasi
c. Metode Analisa Biaya

     PENENTUAN LUAS PRODUKSI
a. Pendekatan Konsep Marginal Cost dan Marginal Revenue pada pendekatan ini luas produksi optimal tercapai pada saat Marginal Cost dengan Marginal Revenue
b. Pendekatan reak even Point
Luas produksi terletak pada luas produksi yang pada saat itu perusahaan tidak mengalami laba atau rugi.
c. Metode Linear Programming
Metode ini digunakan jika produk yang dihasilkan lebih dari satu jenis.

     LAYOUT PABRIK
Disamping dua model layout utama, terdapat dua model
layout lain, yaitu:
 Layout kelompok (group layout)
Memindahkan area & kelompok mesin yang memproduksi
“Keluarga” komponen yang membutuhkan proses sejenis.  Layout posisi tetap (fixed position layout)
Yaitu meletakkan dalam satu tempat yang tetap dari produk yang hendak dibuat, dan alat serta komponen lain yang diperlukan untuk proses produksi dibawa ketempat proses produksi tersebut & sama sekali tidak pernah memindahkan 3 barang dalam proses.
Sumber:

Minggu, 19 April 2020

Aspek Desain Produk

Pengertian Desain Produk

Pengertian Desain Produk adalah rangkaian usaha untuk mempelajari dan merencanakan benda pakai yang fungsional, ergonomis dan estetis sehingga menjadi lebih bernilai dan bermanfaat bagi penggunanya (konsumen). Biasanya produk yang telah dirancang akan diproduksi masal secara industri. Oleh karena itu terkadang bidang studi ini juga disebut sebagai desain industri.
Bahkan dalam bahasa inggris, sebetulnya bidang studi ini disebut dengan Industrial Design. Namun istilah tersebut tidak dapat diterjemahkan mentah-mentah menjadi desain industri, karena yang didesain bukanlah industrinya melainkan produknya (Adhi Nugraha,1989). Kemungkinan translasi yang lebih tepat adalah desain keindustrian, namun tetap terdengar rancu. Maka desain produk tetap menjadi istilah yang lebih tepat untuk digunakan sebagai terjemahannya.

Desain produk merupakan salah satu bidang ke ilmuan yang terintegrasi dengan segala bentuk aspek kehidupan manusia dari masa kemasa. Memadukan unsur khayal dan orientasi penemuan solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi manusia dengan menjembatani estetika serta teknologi yang masing- masingnya dinamis dan memiliki pola tertentu dalam perkembangannya.
Lingkup desain produk dapat dikatakan hampir tidak terbatas, melingkupi semua aspek yang memungkinkan untuk dipecahkan oleh profesi/ kompetensi ini. Namun demikian jika mengacu pada perkembangan internasional, terdapat wilayah profesi yang tegas terdiri atas desain produk, desain grafis, dan desain interior. Wilayah desain yang disebutkan ini wilayah desain yang diletakkan pada bidang seni rupa. Berdasarkan pembagian wilayah desain tersebut, desain produk merupakan salah satu dari wilayah desain yang ada.
Desain produk merupakan terjemahan dari Industrial Design. Sebagian para ahli menerjemahkan Industrial Design dengan desain produk. Sebagian yang lain menerjemahkan dengan desain industri. Penerjemahan yang terakhir dirasa kurang tepat, karena yang didesain bukanlah industrinya melainkan produknya. (Adhi Nugraha,1989).
Dalam perkembangan selanjutnya profesi ini terbagi atas beberapa kelompok kompetensi (mungkin juga dapat berkembang sejalan dengan perkembangan jaman), yaitu:
a. Desain produk peralatan
b. Desain perkakas lingkungan
c. Desain alat transportasi
d. Desain produk kerajinan (Kriya)
Meski dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, namun secara umum mendesain produk mempunyai mekanisme yang sama dalam berpikir kreatif dalam perancangan sebuah produk, sehingga produk tersebut memenuhi nilai- nilai fungsional yang tepat dan menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi manusia dengan tidak meninggalkan aspek kenyamanan user/pengguna melalui teknik-teknik dan ketentuan-ketentuan tertentu dan pada akhirnya diteruskan menjadi siklus hidup produk yang ditentukan oleh pola perancangan awal baik itu inovasi, modifikasi maupun duplikasi.
Desain produk adalah pioner dan kunci kesuksesan sebuah produk menembus pasar sebagai basic bargain marketing, mendesain sebuah produk berarti membaca sebuah pasar, kemauan mereka, kemampuan mereka, pola pikir mereka serta banyak aspek lain yang akhirnya mesti diterjemahkan dan di- aplikasikan dalam perancangan sebuah produk. Kemampuan sebuah produk bertahan dalam siklus sebuah pasar ditentukan oleh bagaimana sebuah desain mampu beradaptasi akan perubahan-perubahan dalam bentuk apapun yang
Deddy Award Widya Laksana, M.Pd

terjadi dalam pasar yang dimasuki produk tersebut, sehingga kemampuan tersebut menjadi nilai keberhasilan bagi produk itu sendiri dikemudian hari. Dengan krusialnya bentuk tanggup jawab seorang desainer produk industri dalam perancangan sebuah produk, desainer produk harus memiliki pengetahuan dan riset yang baik sebelum merancang sebuah produk, proses tersebut tidak ayal lagi membutuhkan waktu yang kadang-kadang tidak singkat dalam perancangannya. Ketajaman berpikir dan membaca peluang sangatlah dominan dalam menentukan rating desainer tersebut. Sense dapatlah kita katakan begitu, terbentuk dari pengalaman yang panjang dan ditempa berbagai aspek yang melingkupi dan dihadapi sang desainer tersebut.
Skala perancangan desain produk sangat luas jika kita lihat dari berbagai aspek; dengan kata lain desain produk merupakan sebuah bahasa dominan dalam perkembangan dan pola pikir manusia sejak dahulu kala. Mekanisme dan system flow yang berkembang saat ini lahir dari kebiasaan yang berkembang sejak dahulu kala; Saat manusia purba menemukan masalah untuk mendapatkan hasil buruan, manusia purba menciptakan senjata dalam bentuk tombak, agar dapat dijadikan alat yang efektif menangkap binatang yang diburu
Dari contoh tersebut dapat kita lihat mekanisme berpikir kreatif yang sama dalam perancangan sebuah produk, berangkat dari masalah lalu menciptakan sebuah benda agar dapat dijadikan sebuah solusi yang efektif bagi permasalahan tersebut, dan pola pikir ortodok tersebutlah yang menjadi dasar metodologi keilmuan desain produk hingga saat ini.Tetapi ternyata desain dari sebuah produk disatu saat, ketika menjadi sebuah aspek yang paling tinggi dalam kehidupan manusia, dengan nilai-nilai dan orientasi yang dirancang dapat dengan tepat berubah menjadi sebuah sarana atau alat menentukan selera, interaksi dan komponen psikologis lainnya dalam pasar yang dimasuki. Desain produk itu sendiri dapat menjadi teori-teori itu sendiri, mejadi icon-icon, semantik-semantik, serta pengaruh dengan keberadaannya yang dibawa oleh aspek-aspek lain secara mandiri.

Dengan demikian, dapat dikataka bahwa desain itu lebih baik dari desain yan lain apabila (harga, citra) desain tersebut memenuhi sasaran kebutuhan yang paling optimal.
Dari uraian tersebut maka jelas bagi kita bahwa ketika seseorang membuat desain harus merumuskan sasaran setepat-tepatnya: apa, mengapa,siapa, bagaimana, dimana, dan kapan. Hal in dalam ilmu desain dikenal dengan tahapan identifikasi permasalahan merupakan kunci yang menentukan.
Selain menentukan sasaran selanjutnya dalam proses desain harus menentukan pengembangan produk (product development). Dalam pengembangan produk ini, bergantung pada masalah yang telah dirumuskan diatas. Selain itu ditentukan pula factor-faktor ynag perlu dikaji. Secara keseluruhan faktor-faktor tersebut meliputi:
1. Faktor Performansi
Suatu desain itu harus praktis, ekonomis, aman,sesuai dengan kondisi psikologis dan fisiologis manusia (ergonomic) maka perlu mempertimbangkan:
a. Kenyamanan
b. Kepraktisan
c. Keselamatan/keamanan
d. Kemudahan dalam penggunaan e. Kemudahan dalam pemeliharaan
f. Kemudahan dalam perbaikan
2. Faktor Fungsi
Suatu desain secara fisik dan teknis harus bekerja sesuai dengan fungsi yang dituntut. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan:
a. Kelayakan
b. Kehandalan
c. Spesifikasi dari material
d. Strktur penggunaan atau system tenaga
3. Faktor Produksi
Desain harus memungkinkan untuk diproduksi sesuai dengan metode dan proses yang tela ditentukan. Untuk itu perlu mempertimbangkan:
a. Permesinan
b. Bahan baku
c. Sistem proses produksi
d. Tingkat ketrampilan tenaga kerja e. Biaya produksi
f. Standardisasi

4. Faktor Pemasaran
Desain dapat dikatakan berhasil jika jangkauan pasar semakin luas dan masa hidup atau design lifa dapat bertahan dalam waktu yang lama. Untuk itu dipertimbangkan, meliputi:
a. Selera konsumen
b. Citra produk
c. Sasaran pasar
d. Penentuan harga e. Saluran Distribusi
5. Faktor Kepentingan Produsen
Desain produk yang dihasilkan harus bertujuan menghasilkan keuntungan atau laba, sehingga akan menjamin kelangsungan hidup produsen. Dengan demikian perlu mempertimbangkan:
a. Identitas Perusahaan
b. Status (swasta, pemerintah, yayasan, dan lain-lain)
6. Faktor Kualitas Bentuk
Suatu desain harus dibuat sedemikian rupa agar menarik sehingga menimbulkan kenikmatan estetis. Hal ini penting dalam meningkatkan cita rasa seseorang/ masyarakat/ konsumen. Untuk itu perlu diperhatikan:
a. Spirit dan gaya jaman
Spirit dan gaya jaman senantiasa menandai style suatu desain produk. Sebagai contoh pada jaman terjadi gerakan seni dan kriya atau lebih dikenal dalam bahasa Inggris sebagai art and craft movement ( suatu gerakan pada akhir masa revolusi industri yang mementingkan komitmen kerja dan keindahan), yang menolak estetika yang dihasilkan oleh produksi secara massal, karena dianggap sebagai penyebab utama hilangnya keindahan individual. Pada gerakan ini, mesin dianggap menghantui seni dari pertukangan (industri) karena barang yang dikerjakan mesin sudah menjadi standarisasi sendiri. Gerakan ini ingin menjadikan seni sebagai bagian dari komunitas dan seniman seharusnya juga seorang perajin kriya.
Art and craft movement memberikan kesan kembali ke periode gothic, roccoco, dan renaisans. Maka pada saat itu satu ciri utama dari desain yang dihasilkannnya adalah karya seni dibuat secara individu oleh seniman dengan sentuhan artistik yang khas. Setiap karya digarap dengan serius dan teliti.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/serupa.id/pengertian-desain-produk-tujuan-fungsi-pendapat-ahli/amp/
https://eprints.uny.ac.id/4131/2/Handout_Desain_Produk_Kerajinan.pdf
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/materi_1_DESAIN_PRODUK.pdf

Aspek Pemasaran

Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha/proyek yang direncanakan. Sebuah gagasan usaha/proyek direncanakan kendati telah feasible untuk dikembangkan jika dilihat dari aspek teknis, manajemen, keuangan, dan lingkungan, tapi kalau produk yang dihasilkan tidak mempunyai pemasaran tidak ada artinya usaha ini dikembangkan. Demikian pula terhadap sesuatu produk yang telah mempunyai pasaran yang baik didaerah tertentu, belum tentu baik apabila dikembangkan di daerah lainnya. Tidak jarang terjadi beberapa pengusaha didaerah, telah mencoba mendirikan beberapa usaha yang berhasil di pulau Jawa dan dikembangkan di daerah lain ternyata mengalami kegagalan karena permintaan (selera konsumen) terhadap produk yang dihasilkan tidak sama. Untuk mengetahui permintaan pasar (konsumen) terhadap produk yang telah ada dipasaran ternyata lebih mudah mendeteksinya dibanding dengan produk yang belum pernah ada didaerah tersebut. Berdasarkan pada uraian ini, dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek pasar dan pemasaran harus benar-benar dipelajari, diteliti, dan dinilai tentang:
  1. Permintaan pasar
  2. Selera konsumen
  3. Tingkah laku konsumen
  4. Kemampuan konsumen
  5. Siapa yang menjadi konsumen terhadap produk yang dihasilkan
  6. Berapa besar peluang yang ada, dan
  7. Berapa besar market share yang direncanakan untuk dapat dimanfaatkan dalam mengisi permintaan pasar.
Sebagai contoh, pengembangan toko swalayan dalam suatu daerah tertentu, belum tentu cocok untuk dikembangkan pada daerah lainnya karena di beberapa daerah sikap masyarakatnya lebih menyukai sistem tawar-menawar dalam transaksi jual beli. Maka untuk mengembangkan suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan harus benar-benar berorientasi pada daya serap pasar, karena maju mundurnya usaha/proyek yang direncanakan banyak bergantung pada pasar dan pemasaran.
Untuk melihat daya serap pasar terhadap produk yang dihasilkan, pada umumnya dapat dilihat dari segi :
  1. Permintaan, yaitu ada atau tidaknya selera konsumen,
  2. Penawaran, yaitu ada atau tidaknya peluang penawaran,
  3. Market space, yaitu peluang pasar yang merupakan selisih dari permintaan dan penawaran,
  4. Market share, yaitu peluang pasar yang bisa dimanfaatkan yang merupakan pembagian antara peluang pasar dengan jumlah pesaing yang akan masuk ke bisnis yang sama.

Permintaan atas dasar konsumsi per kapita
Perhitungan yang dilakukan atas dasar konsumsi per kapita perlu memperhatikan bentuk dan sifat usaha/proyek yang direncanakan. Apabila gagasan usaha/proyek yang direncanakan bertaraf nasional, maka permintaannya dihitung berdasarkan pada permintaan secara nasional dan sebaliknya jika gagasan usaha/proyek yang direncanakan bertaraf daerah, maka permintaan yang dihitung juga berdasarkan pada permintaan daerah. Hal ini perlu mendapat perhatian untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam penentuan jumlah permintaan serta proyeksi-proyeksi yang dilakukan di masa yang akan datang. Perhitungan konsumsi per kapita yang sedang berlaku dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian terhadap konsumsi dari produk yang dihasilkan dengan cara membagi jumlah produksi dengan jumlah penduduk. Berdasarkan pada konsumsi per kapita yang sedang berlaku kita dapat mengetahui apakah gagasan usaha/proyek yang dihasilkan produk tersebut masih mempunyai peluang untuk dikembangkan atau tidak. Apabila konsumsi per kapita yang sedang berlaku masih berada di bawah rata-rata konsumsi riil, keadaan ini menunjukkan bahwa gagasan usaha/proyek yang direncanakan masih mempunyai peluang untuk dikembangkan.
Untuk mendapatkan data konsumsi perkapita riil, bisa diketahui melalui beberapa dinas tekait seperti data konsumsi ikan, beras, minyak, semen, tekstil, dan lain sebagainya yang dihitung besarnya sebagai konsumsi per kapita, baik per tahun, per bulan, maupun per hari. Apabila telah diketahui jumlah konsumsi per kapita, berarti jumlah permintaan adalah hasil perkalian antara konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk.
Terhadap produk yang belum pernah diadakan perhitungannya, konsumsi per kapita dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian secara sederhana, baik menggunakan data primer maupun data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan pada waktu sebelumnya oleh pihak lain atau pihak yang bersangkutan seperti kumpulan informasi dan laporan perusahaan tahun-tahun sebelumnya, laporan yang ada diperpustakaan, kantor pemerintah, jurnal, majalah, hasil penelitian dari para ilmuan, dan lainnya. Sedangkan data primer adalah data yang didapatkan langsung dari sumbernya untuk pertama kalinya oleh pihak peneliti, seperti wawancara, observasi, dan lainnya.
Apabila konsumsi per kapita telah dapat diketahui, untuk mengetahui jumlah permintaan di masa yang akan datang dapat dilakukan melalui proyeksi perkembangan penduduk dari masing-masing daerah pemasaran dari produk yang direncanakan.

Sumber:
https://konsultanmanajemen-gsm.com/aspek-pemasaran-dalam-studi-kelayakan-bisnis/