Sabtu, 11 Juli 2020

PEMBIAYAAN MODAL USAHA

Dalam menentukan kelayakan pembiayaan untuk modal, wirausahawan harus menentukan jumlah maupun waktu dana dibutuhkan, di samping proyeksi penjualan dan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan menengah-kecil biasanya kesulitan mendapatkan modal; ini berbeda dengan perusahaan besar yang mempunyai potensi untuk berkembang. Tiga tahap pendanaan pengembangan bisnis adalah sebagai berikut: 1) Pendanaan tahap awal a. Pendanaan modal benih (seed capital) dalam jumlah yang relatif kecil untuk membuktikan konsep dan studi kelayakan finansial. b. Pendanaan pemula (start-up) pengembangan produk dan pemasaran awal, tetapi tanpa penjualan komersial: pendanaan hanya untuk mengoperasikan perusahaan. 2) Pendanaan ekspansi atau perkembangan a. Tahap kedua modal kerja bagi tahap pertumbuhan awal, tetapi tanpa kemampuan mendatangkan laba yang jelas ataupun arus kas. b. Tahap ketiga ekspansi besar perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang cepat, pada titik pulang pokok atau tingkat keuntungan positif tetapi tetap perusahaan swasta. c. Tahap keempat pembiayaan penjembatanan untuk mempersiapkan penawaran saham oleh perusahaan kepada masyarakat (kepemilikan oleh masyarakat). 3) Pembiayaan akuisisi dan leveraged buyouts a. Akuisisi tradisional memperoleh kepemilikan dan pengendalian atas perusahaan lain. b. Leveraged buyouts. Manajemen perusahaan mendapatkan kontrol atas perusahaan lain dengan membeli dari pemilik yang sekarang. c. Privatisasi. Beberapa pemilik/manajer perusahaan membeli saham beredar (outstanding stock), menswastakan perusahaan kembali. Pembiayaan tahap awal biasanya sangat sulit dan sangat mahal untuk didapatkan. Pembiayaan modal benih misalnya, karena investor biasanya mempunyai dana minimum tertentu yang akan ditanamkan maka pendanaan yang kecil jumlahnya tidak menarik bagi mereka. Mereka jarang terlibat dalam tipe pendanaan ini kecuali pada kasus usaha dengan teknologi tinggi yang diusulkan oleh wirausahawan yang mempunyai prestasi bagus. Pembiayaan ekspansi dan perkembangan lebih mudah diperoleh dibanding pembiayaan tahap awal. Pemodal memainkan peranan aktif dalam menyediakan dana pada tahap kedua, ketiga, dan keempat. Ketika perusahaan berkembang pada tiap tahap, dana ekspansi menjadi tidak begitu mahal. Pembiayaan dalam pengembangan bisnis sifatnya lebih spesifik. Dana tersebut digunakan untuk aktivitas seperti akuisisi tradisional, LBO, dan privatisasi. 3. Penentuan Hubungan Finansial Perusahaan Untuk mendapatkan modal, seseorang perlu mengetahui berapa banyak uang yang dibutuhkan. Namun banyak wirausahawan yang tidak mengetahui cara memperkirakan kebutuhan finansial dari perusahaan. Perencanaan finansial dibagi menjadi dua bagian:
perencanaan likuiditas dan perencanaan laba. Perencanaan likuiditas dipusatkan pada perencanaan aliran kas perusahaan. Satu unsur proyeksi aliran kas melibatkan proyeksi penjualan dan laba perusahaan di masa depan. Proyeksi laba juga mempunyai keabsahan independen sebagai laporan rugi laba perusahaan di masa depan. Sumber utama untuk menentukan kebutuhan finansial perusahaan adalah proyeksi aliran kas didukung oleh proyeksi aliran laba. Penentuan Kebutuhan Kas untuk Memulai Usaha Kas yang diperlukan untuk memulai bisa diproyeksikan dengan beberapa cara. Terdapat tiga pendekatan untuk tiap-tiap jenis usaha perdagangan, manufaktur, dan bisnis jasa-jasa. Pendekatan pendapatan yang diperlukan (desired income) mengembangkan jumlah modal yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah tertentu pendapatan pribadi tahunan. Pendekatan tingkat sewa (rental rate) menentukan jumlah penjualan dan kemudian modal yang dibutuhkan untuk mendukung sewa yang dimaksud. Pendekatan kas yang tersedia (cash available) dimulai dengan jumlah modal yang dimaksud agar tersedia untuk menentukan pendapatan yang mungkin dari penggunaan efisiennya. Metode standar adalah untuk memproyeksikan tingkat penjualan yang diharapkan, pengeluaran yang berkaitan, dan dana tambahan yang dibutuhkan bagi aset modal. Penentuan Kebutuhan Kas bagi Perusahaan yang Sudah Ada Terdapat beberapa cara untuk memproyeksikan kebutuhan kas. Enam langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan baru untuk memproyeksikan kebutuhan kas adalah: 1) Membuat proyeksi laporan rugi laba. 2) Membuat neraca arus kas dan item-item neraca. 3) Memuat proyeksi aliran atau arus kas. 4) Membuat proyeksi neraca. 5) Membuat ringkasan kebutuhan dan penggunaan kas. 6) Menentukan bagian dari kas total yang dibutuhkan untuk dibiayai dengan modal ventura. Untuk bisnis yang sudah ada, laporan rugi laba lengkap, neraca, dan proyeksi aliran kas akan membantu manajemen dan investor. 4. Analisa Pulang Pokok Pada tahap awal pertumbuhan, akan sangat membantu wirausahawan untuk mengetahui kapan keuntungan akan tercapai. Hal ini akan membantu mengetahui potensi finansial bagi usaha pemula. Analisa pulang pokok adalah teknik untuk menentukan seberapa besar banyak satuan yang harus dijual atau seberapa banyak volume penjualan yang harus dicapai agar tercapai posisi pulang pokok (tidak rugi dan tidak untung). Analisa pulang pokok adalah proses menghasilkan informasi yang mengikhtisarkan berbagai tingkat keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan berbagai tingkat produksi. Bagian berikut membahas (1) unsur dasar analisa pulang pokok, (2) tipe analisa pulang pokok yang ada bagi wirausahawan, (3) hubungan antara analisa pulang pokok dengan pengawasan, dan (4) keterbatasan analisa pulang pokok.

Unsur Dasar Analisa Pulang Pokok Analisa pulang pokok umumnya terdiri atas refleksi, pembahasan, pertimbangan, dan pembuatan keputusan relatif terhadap tujuh unsur pokok. Masing-masing unsur dan definisinya adalah sebagai berikut (karena pembahasan analisa pulang pokok terletak pada definisi tersebut, definisi tersebut hendaknya dikuasai sebelum membaca lebih jauh): 1) Biaya tetap adalah pengeluaran yang diadakan oleh organisasi tanpa melihat jumlah produk yang dihasilkan. Contoh dari biaya tetap adalah pajak tanah, pemeliharaan bangunan, pengeluaran untuk bunga pada uang yang dipinjam untuk membiayai pembelian peralatan. 2) Biaya variabel adalah pengeluaran yang berfluktuasi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Contoh dari biaya variabel adalah biaya pembungkusan produk, biaya bahan yang dibutuhkan untuk membuat produk, biaya yang berkaitan dengan pembungkusan produk untuk dikapalkan. 3) Biaya total adalah jumlah total biaya tetap dan biaya variabel yang berkaitan dengan produksi. 4) Pendapatan total adalah semua nilai rupiah penjualan yang terakumulasi dari penjualan produk. Sesungguhnya pendapatan total meningkat ketika lebih banyak produk yang terjual. 5) Keuntungan didefinisikan sebagai jumlah pendapatan total yang melebihi biaya total dari produksi barang yang dijual. 6) Kerugian adalah jumlah biaya total produksi barang yang melebihi pendapatan total yang diperoleh dari penjualan barang tersebut. 7) Titik pulang pokok didefinisikan sebagai situasi di mana pendapatan total organisasi sama dengan biaya totalnya; organisasi hanya memperoleh pendapatan yang hanya cukup untuk menutupi biaya-biayanya. Perusahaan tidak mendapatkan keuntungan maupun tidak mengalami kerugian. Tipe Analisa Pulang Pokok Terdapat dua prosedur yang agak berbeda untuk menentukan titik pulang pokok yang sama untuk sebuah organisasi: (1) analisa pulang pokok aljabar, dan (2) analisa pulang pokok grafik. Analisa Pulang Pokok Aljabar Rumusan sederhana berikut ini umumnya digunakan untuk menentukan tingkat produksi di mana organisasi mengalami posisi pulang pokok. 𝐡𝐸𝑃 = 𝐹𝐢 𝑃 − 𝑉𝐢 dimana: BEP = Tingkat produksi di mana perusahaan mengalami titik pulang pokok FC = Biaya tetap produksi total P = Harga di mana tiap unit individu dijual pada pembeli VC = Biaya variabel yang berkaitan dengan tiap produk yang dihasilkan dan dijual

Analisa Pulang Pokok Grafik Analisa pulang pokok grafik memerlukan pembuatan sebuah grafik yang menunjukkan semua unsur kritis dalam analisa pulang pokok. Gambar 3.1 adalah grafik pulang pokok untuk perusahaan penerbit buku teks di atas. Penggunaan Metode Grafik dan Aljabar Pulang Pokok Baik metode grafik maupun aljabar dari analisa pulang pokok untuk perusahaan penerbit buku teks menghasilkan titik pulang pokok yang sama yaitu 14,8 buku yang dihasilkan dan dijual. Akan tetapi, proses yang digunakan untuk sampai pada titik pulang pokok ini agak berbeda. Dengan bergantung pada situasi yang dihadapi oleh para wirausahawan, wirausahawan mungkin ingin menggunakan satu metode pulang pokok dan bukannya yang lain. Contoh, jika wirausahawan semata-mata menginginkan penentuan titik pulang pokok yang cepat dan akurat, metode aljabar umumnya sudah memadai. Sebaliknya, jika wirausahawan menginginkan gambaran yang lebih lengkap dari hubungan kumulatif antara titik pulang pokok, biaya tetap, dan naiknya biaya variabel, metode grafik pulang pokok mungkin paling bermanfaat. Gambar 3.1 Analisa Pulang Pokok untuk Perusahaan Penerbit Buku Teks 5. Mencari Sumber Modal Usaha Sebelum mempertimbangkan sumber uang, wirausahawan hendaknya mempertimbangkan pengganti modal. Uang memang merupakan bentuk kekuasaan yang fleksibel, tetapi cara untuk mendapatkan kekuasaannya tersebut bisa dilakukan dengan cara lain. Uang sebagai sumber dana untuk membeli barang-barang modal bisa digantikan dengan cara barter antara satu pihak

dengan pihak lain. Misalnya pemilik siaran televisi bisa mengadakan barter peralatan kantor dengan iklan. Pembagian kepemilikan saham juga merupakan satu cara untuk mengganti pengeluaran uang dengan pembagian sejumlah tertentu saham untuk menarik orang yang mungkin keahliannya sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Penundaan pembayaran untuk pembelian bahan baku merupakan salah satu cara untuk mengalihkan dana yang sangat dibutuhkan pada kebutuhan lainnya. Sumber Pembiayaan Wirausahawan mempunyai akses pada dua kategori keuangan: pribadi dan masyarakat. Sebagian besar usaha bermula dari sumber daya pribadi. Sebuah perusahaan mungkin didirikan dengan modal awal yang diperoleh dari tabungan pribadi dari para pemiliknya. Sahabat dan orang dekat mungkin bisa juga menjadi sumber pembiayaan pribadi. Keinginan mereka untuk meminjamkan atau menanamkan uangnya terletak pada pengetahuan mereka dan kepercayaan terhadap pengalaman, karakter, dan kemampuan individu. Pengetahuan ini mengurangi risiko ketidak-tahuan yang dihadapi oleh investor dari luar. Preferensi Investor Menemukan sumber modal usaha dengan sendirinya tidak cukup, karena semua sumber mempunyai preferensi dan ketidak-sukaan. Penting untuk diketahui pada tahap perkembangan perusahaan mana pemodal akan menanamkan dananya. Proses ini diuraikan dengan melihat tahap-tahap perkembangan perusahaan. Tahap nol-biasanya pada tahap nol ini beberapa dana finansial (milik wirausahawan) telah ditanamkan, telah dilakukan sejumlah usaha, prototipe mungkin telah dikembangkan. Tahap I-tahap pemula. Selama tahap ini operasi diformalkan dan produk/jasa telah dikembangkan dan dihasilkan. Tahap pertama ini dibiayai dengan modal awal. Tahap II-terjadi ketika perusahaan telah mempunyai catatan operasi. Perusahaan telah melalui tahap awal pertumbuhan dan telah menggunakan teknik analisa investasi konvensional. Perusahaan mengembangkan barang modal dan mulai merencanakan pertumbuhan jangka panjang. Tahap III-ekspansi lebih lanjut bisa dilakukan karena indikasi yang menguntungkan dari potensi perusahaan. Jumlah dana yang dibutuhkan jauh lebih besar dari yang diperoleh pada tahap awal dan investor terdahulu mulai mendapatkan keuntungan dan likuiditas. Pada tahap ini mungkin dilakukan go public untuk mendapatkan dana tambahan dan memungkinkan investor terdahulu mendapatkan keuntungan melalui penjualan sebagian dari saham mereka (penawaran sekunder). Tahap IV-perusahaan pada tahap kedewasaan dan menjadi perusahaan yang mapan.

Wirausahawan hendaknya mendekati pemodal yang mempunyai preferensi sama dengan jenis usaha dari perusahaan. Sebagian besar pedoman sumber pemodal ventura menunjukkan preferensi industri dari pemodal ventura. 6. Hubungan dengan Pembeli Sebagian besar investor mempunyai ketidak-sukaan yang besar terhadap risiko. Prosedur analisa dan penyaringan yang dilakukan investor untuk meminimisasi dua jenis risiko: 1) risiko tidak dikenalnya wirausahawan yang mungkin menyebabkan hilangnya modal, dan 2) risiko hilangnya waktu yang digunakan untuk proyek yang tidak produktif. Strukturisasi Kesepakatan Sesudah mengadakan analisa, pemodal harus membuat keputusan apakah perusahaan dan manajemen memenuhi syarat, apakah bidang-bidang masalah yang tidak diungkapkan bisa dikoreksi, dan apakah tidak ada masalah yang tidak diramalkan yang timbul, negosiasi strukturisasi kesepakatan bisa dimulai. Sebagian besar pemodal mempunyai batas atas jumlah investasi yang akan ditanamkan dalam perusahaan. Apakah perusahaan meminta dana lebih dari batas tersebut, keputusan pemodal didasarkan pada keinginannya untuk mengadakan analisa dan menindak lanjuti. Di samping itu, pemodal bisa mengadakan sindikasi dengan pemodal lainnya untuk membiayai perusahaan. Bentuk investasi yang dipilih oleh pemodal biasanya adalah “surat hutang” (debenture) yang bisa dikonversi. Surat hutang yang bisa dikonversi adalah instrumen hutang yang mempunyai syarat-syarat melindungi tetapi tanpa jaminan aktiva dan bisa dikonversi dengan saham pada harga konversi tertentu. Keuntungannya adalah investor memperoleh kendali, menentukan jumlah ekuitas dan penentuan harganya secara fleksibel, memungkinkan proteksi terhadap pencairan, memberikan hak registrasi, dan mendapatkan hasil dari investasi modal. Jika perusahaan adalah perusahaan pemula, investasi ekuitas murni dalam saham biasa mungkin lebih menguntungkan, karena tidak ada persoalan kas dalam pembayaran bunga atau cicilan hutangnya, dan basis ekuitas bisa digunakan sebagai leverage untuk mengamankan hutang bank. Pemegang saham minoritas hanya mempunyai kekuatan yang kecil untuk mempengaruhi manajemen jika suatu badan usaha menghadapi masalah yang sulit. Akan tetapi dengan menstruktur investasi dalam bentuk surat hutang, investor bisa memasukkan hambatanhambatan untuk mengamankan investasi mereka. Hambatan yang mungkin dilakukan investor adalah: 1) Mempertahankan nilai bersih neto minimum. 2) Hambatan pada pembayaran dividen. 3) Hambatan dalam akuisisi aktiva tetap. 4) Hambatan pada tipe pengeluaran tertentu, seperti penelitian dan pengembangan.

sumber:
https://slideplayer.info/slide/3792381/